Buch ! : kamu kuliah disini juga? Jurusan apa?
Oziel : Sastra arab
Buch ! : Oh gt, aku sastra inggris
Oziel :Wah kita sama yah..
Buch ! :Iya
Kemarin aku liat kamu di masjid
Oziel :Kenapa ga nyapa?
Buch ! :Takut gak kenal nanti malu sendiri
Oziel :Padahal samperin aja
Buch ! :Engga ah malu
Oziel :Malu kan Cuma empat
Buch ! : :P
Percakapan berakhir,
Cuma bermodalkan facebook aku bisa bertemu dengan pria yang empat tahun
lalu aku simpan dalam hati. Pria yang gagah menurutku juga fashionista. Sedangkan
aku hanya perempuan tidak tahu apa itu bedak padat juga parfume terbaik. Dan
pastinya kamu tidak akan pernah melirik perempuan gendut juga hitam seperti
aku. Pertemuan kita hanya sebatas sorak-sorai bergembira dari kawan-kawan mana
mau kamu melirikku walau selewat saja rasanya buang-buang waktu. Bolehku
kusebut namanya, kupanggil dia Zombie. Hatiku tergetak ketika melihat satu
postingan seorang penulis yang tidak pernah hilang kata-kata untuk zombieku
rasanya darah ini mengalir cepat.
Kita satu fakultas,
tentunya satu gedung jika kuliah. Aku duduk diberanda depan gedung tapi hatiku
rasanya ada yang mengganjal. Aku tertawa terbahak-bahak rasanya ada sesuatu
yang beda disampingku. Dengan sengaja walaupun melewati rasa malu dan gundah
gulana kupaksakan mata ini mencari penyebab gelisah, ternyata kamu ada disana. Tepat
dibelakangku, hatiku berbisik pada telinga sahabat depan mata.
“Hey, itu liat dia orang
yang dari duluuuuuuuuuuu aku suka”
Dengan lantang aku
mengatakannya, aku tidak bangga sebenarnya tapi daripada aku disangka gila
karena senyum sendiri, sebaiknya aku berani mengatakannya. Pembicaraan kita di
facebook mulai beragam tentang, sampai pada akhirnya aku temukan satu
titik dimana pembicaraan tentang
bertukar pikiran menjadi bertukar nomor handphone.
Oziel :Coba kirim nomor kamu, gak enak di fb mah
Tanpa pikir panjang aku
langsung mengabulkan permintaanmu. Kalau aku tidak akan membuat pending
kesempatan, tapi internet yang begitu lama hingga nomorku pun terkirim lama.
Kesal !
Perbincangan kita
berakhir. Dalam chatting namun tidak dalam pesan sms.
Hariku penuh makna
rasanya ketika namamu membuat ramai telpon genggamku, hidup ini indah.
Kampus kita sama, Fakultas
kita sama, tapi hati kita tidak sama. Aku menyukaimu sejak dulu, sedangkan kamu
tidak. Seringkali aku menjadi perempuan setengah gila ketika melihatmu
duduk-duduk nongkrong minum kopi ditaman kampus, sampai saat itu juga akupun
tak mampu bertanya padamu. Aku selalu berpikir ini cinta, aku berpikir aku
mencintaimu dengan debaran jantungku. Debaran jantung dan getaran tubuh yang
membuat dunia ini serasa akan tsunami. Entahlah diriku seperti itu melihatmu,
dan ini terjadi sampai lima tahun lamanya.
Hatiku sempat hancur
ketika aku sedang dekat-dekatnya (perasaanku) denganmu tapi tiba-tiba kamu
mengungkapkan bahwa kamu dan teman sebangkuku jadian. Hidupku mulai hancur
remuk entah bagaimana. Tidak karuan, ingin benci pada siapa, ingin marah pada
siapa akhirnya aku putar lagu Bunga Citra Lestari...
Ku ingin marah..
melampiaskan
Tapi ku hanyalah sendiri
disini..
Ingin kutunjukan pada
siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa....
Dan inilah kali pertama aku
merasa kecewa pada diriku sendiri, dan aku pikir aku telah mencintai orang yang
salah. Aku berharap terlalu banyak pada pria yang selevel dia. Aku bukan Cinderella
yang dapat pertolongan ibu peri untuk menjadi cantik. Aku pun tidak punya
banyak uang untuk berangkat ke negeri ginseng untuk melakukan operasi plastik
agar wajah dan tubuhku tampak sempurna. Aku pikir setelah kejadian itu aku
tidak lagi menyukainya dan hampir melupakannya tapi tidak, dia selalu hadir
dihri-hariku.
***
O : Hai lagi apa?
B: Dikosan aja, kenapa?
O: Kesini dong, aku
didepan kampus
B: Ngapain?
O: Nongkrong aja
B: Engga ah, sok aja
O: Kenapa? Daripada
dikosan bete, mending disini ngumpul sambil diskusi
B: Udah sore bentar lagi
magrib
O: Gapapa kita solat di
kampus
B: Iya kapan-kapan aja
Kemudian tidak ada
balasan darinya. Ini kali pertama ada kata datanglah kemari, tergetak hati
ingin pergi tapi, kaki ini menahannya dan dengan berat hati aku menolak
ajakannya. Mungkin jika aku datang akan ada hal yang tidak baik terjadi padaku.
Mungkin jika aku melangkah lebih jauh lagi akan ada satu hal yang entah macam
apa akan terjadi padaku.
Hatiku akan selalu
berdebar kencang ketika melihatnya, apakah ini cinta yang selalu kurasakan
lewat getaran dalam hati bukan lewat denyutan dalam nadi? Aku tidak tahu
sebenranya harus bagaimana. Aku hanyalah perempuan yang mudah jatuh cinta dan
menganggap perasaan yang tuhan karunia untuk hatiku ini baik-baik saja, tapi
tidak ada satupun hati yang menyatu kedalam ruang kosong ini, aku hanya mengisinya
tanpa tahu apakah rasa ini akan tumpah aku tidak tahu, sepertinya hatiku hanya
sebuah botol bukan gelas.
***
“Mol itu tuh yang
namanya Ozie” kataku dengan mata penuh harapan, tapi suaraku tak kubiarkan
keras kupelankan agar disekitarku tidak ikut penasaran.
“yang mana? Itu kaos
hitam?” respon kemol yang saat itu bersamaku satu tujuan dalam antrian.
“iya, cakep ya? Dia
mantan teman sebangku aku” kataku dengan suara terendah sepertinya ini dalam
hati yang paling dalam.
“iya ganteng, tumben
kamu naksir sama orang ganteng?” ledeknya,
“aku juga perempuan”
jawabku semakin tidak nyambung.
Kami kembali pada tujuan
mengantri panjang depan mesin ATM depan kampus, ini awal bulan jadi semua orang
keluar rumah dan masuk barisan antri ATM.
“aku panggil ya?”
tantangnya
“jangan ihh..”
“loh kenapa? Dia kan
suka sms kamu?”
“takutnya dia gak kenal
aku, nanti aku yang malu”
“bukannnya suka smsan?”
“udah jangan”
Aku juga tidak mengerti
pada kalimatku yang bilang takut dia gak kenal, lalu apakah aku juga tahu siapa
yang sering kirim aku sms, dulu telpon aku, yang kirim aku chat mungkin bukan
dia, aku harus lebih berhati-hati, bisa saja orang lain.
***
Tipe laki-laki yang aku
suka kebanyakan tidak mirip sama sekali dengan pria satu ini. Biasanya yang aku
suka pria dengan wajah unik dan kulit coklat, tapi pria satu ini adalah pria
pertama yang membuat jantung ini berdebar bahkan denyut nadi pun kencang sekali
sampai-sampai aliran darah mengalir begitu derasnya. Entah kenapa, pria
berkulit putih yang tiba-tiba menjeratkan hatiku kedalam lembah yang dinamakan
cinta ini, walau tanpa senyumnya dan hanya tatapan matanya itu sudah cukup
membuatku tak sanggup berbuat apapun. selama enam tahun silam satu kalipun aku
tidak pernah melihat senyum diwajahnya, ekspresi unik yang ia miliki membuat
hatiku tak sanggup lama-lama jauh dari pandangannya. Dengan wajah dingin seakan
ingin sekali aku menjulukinya mr. Kulkas tapi tidak pantas karena wajahnya
tidak kotak.
***
Aku seorang perempuan
yang tiba-tiba berani menelpon pria yang tidak pernah sekalipun aku lihat
senyumnya tapi berhasil mendengar suaranya yang ngebass dan membuat aku tidak
pernah lupa gagahnya suaramu. Suara yang jika digambarkan mampu melindungi para
wanita disekitarnya. Tidak merdu namun terdengar hangat ditelinga.
Begitu bodohnya aku
dulu. Berani menelpon dan minta poto.
Ah minta photo. Satu
kejadian yang mempermalukan diri sendiri.
Ditempat sekolahku yang
ketat dengan peraturan asrama tapi tidak berlaku untuk siswa SMP kelas IX. Kita
bertemu disatu pusat belanja dengan parkiran yang gersang. Ibarat arab saudi
hanya ada pohon palm saja. parkiran gersang dengan tempat pejalan kaki yang
lumayan teduh untuk pengunjung yang Cuma mampir saja, salah satunya aku dan
teman-teman. Aku hanya ikut saja karena yang lainnya sudah berpasangan sedang
aku? Hanya ikut main saja.
Kamu berdiri,
berbincang, aku tidak berani. Yang aku ingat kaos hitam panjang juga celana
katun hitam membuatku tak pernah lupa kalau kamu ada disana. Kamu tertawa aku
mendengar, ternyata suaramu tidak berubah. Tidak lagi hangat tapi, panas sampai
darahku mengalir kencang tidak karuan.
Hampir saja aku punya
potomu. Tapi tindakan bodoh yang tidak sepantasnya membuat aku lupa diri.
Ini pertamakalinya aku
melakukan hal seperti ini, sebelumnya aku tidak pernah. Karena. Aku tidak
pernah jatuh cinta kepada siapapun kecuali kamu.
***
Kita pernah berhubungan
dekat lewat canggihnya teknologi dan ini aku lewati walau hanya satu tahun. Aku
duduk dibangku kelas XII. Kamu tidak pernah bosan menelponku, aku mendengar
lagi-lagi tegasnya suaramu. Mulanya, aku tidak tahu kalau itu suaramu, tapi aku
menegaskan berkali-kali ternyata memang benar. Kita berbincang tentang ini dan
itu, kamu cerita banyak sekali, taukah saat itu aku bagaimana? Aku bahagia.
“Bubuch ada salam dari
oziel” tiba-tiba seseorang yang mungkin tahun ini sudah kau sebut mantan.
“Waalaikumsalam”
“Kemarin dia nelpon
aku.........” dan bla-bla-bla.....
Akupun tidak percaya
sepenuhnya ketika tahu kalau gadis ini pacarmu. Taukah dia siapa? Dia teman
sebangku sejak kelas XI dan duduk didepanku ketika X. Dia tahu aku menangis
terisak saat pria yang kupanggil barbie datang dan air mata tiba-tiba jatuh
tanpa ijin. Dia tahu segalanya, dan dia menerima cintamu.
Aku tidak menganggap
sedikitpun apa yang dikatakan saudaranya yang juga temanku.
“Bagaimana hubunganmu
dengan gadis itu?” tanyaku, aku menanyakannya karena laki-laki penuh canda tawa
ini tak urung menelponku dengan berjuta ejekan dan ledekan.
“Ah dia sekarang sama
oziel” jawabnya
“Oh, ciee cemburu”
ledekku.
Hatiku tidak bergeming
apapun, aku anggap itu hanya dekat biasa karena gadis itu memang punya teman
dekat banyak. Tapi ternyata semua itu terbukti benar, dan tidak ada kabar
burung sampai ditelingaku.
***
Ini sakit karena aku
tahu berita itu, saat aku tes wawancara masuk perguruan tinggi. Beruntungnya
aku masuk lebih dulu dan peserta pertama yang masuk ruangan. Tiba-tiba kakiku
lemas tak berdaya, tapi tangisku tak kunjung berjatuhan. Mungkin aku tidak
punya satupun alasan untuk menangisinya.
2010 “kenangan tiada
duanya, tahun dimana keberuntungan di depan mata dan kehancuran hati
berkeping-keping”
***
Dalam tulisanku ini,
satu hal maksudku. Bukan untuk membuatmu malu didepan semua orang ketika kau
membacanya. Bukan untuk macam-macam, bukan untuk mengenalkan pada dunia kalau
kamu pria begitu dinginnya. Aku menuliskan semua kisah tentangmu yang sampai
saat ini tidak bisa aku lupakan satu napaspun. Sedetik saja aku tidak lupa. aku
tidak lupa bagaimana enam tahun lalu kamu berjalan melangkah keatas tangga
asrama dan aku melihatmu dibalik jendela kamarku. Ini sepertinya sangat
berlebihan didengarnya tapi aku memang melakukannya. Aku punya potomu dulu,
ekspresi yang tidak ada satu orangpun yang punya telah melekat diwajah indahmu.
Sampai saat ini aku punya potomu, tidak aku hapus.
Sengaja kisahmu yang
terus kuketik diam-diam. Aku melihatmu memandang kearah tepat didepanku,
kuharap kamu mendengar bisikanku. Aku harap kamu bisa membaca pikiranku, aku
harap kamu bisa melakukannya. Aku ingin kamu tahu bahwa sejak tadi hanya namamu
dalam pikiranku.
“Ahjumma, ayoo masuk”
“Ah iya ayo”
Aku pergi dulu, dan
namamu akan kusimpan sebentar dalam laptop yang tidak ku shutdown melainkan aku
sleep. Agar namamu bisa kulanjutkan.
***
Alhamdulillahirrabilaalamin akhirnya aku dan
temanku sugul lulus ujian komprehensif tinggal satu tahap lagi ujian munaqosah,
tentang skripsi yang sedang aku garap.
Semua orang saling
berpelukan, tanpa lempar almamater karena sayang mungkin. Ada yang menangis,
ada yang menghabiskan waktunya untuk mengambil gambar dan lain lagi. aku turun
tangga dengan temanku ini, tapi dia pergi meninggalkan loby fakultas, aku
berdiri saja.
Aku berdiri tegak dengan
almamater ditanganku. Kamu berkumpul dengan teman-temanmu, ah wajahmu, tolong
senyumlah untuk sekali saja, untuk keberhasilanku, untuk ketegaranku, untuk aku
yang mencintaimu.
Sekali-kali aku tidak
menatap kearahmu, aku ingin kamu memanggil namaku.
***
“Hai..lagi apa?” suara
hangat yang membuat aliran darah mengalir deras terdengar di gendang telingaku.
“Oh habis ujian kompre
kamu lagi apa?” jawabku seakan tidak terjadi apa-apa pada tubuh ini.
“Aku ini ada tugas
kelompok” jawabmu, tinggi badanmu menutup tubuhku yang berdiri dipojok Fakultas
tempat persembunyian pengguna internet gratis.
“Oh dikira sambil wifian
hehe” ledekku
“Ah, sekalian sih hehe, Sendirian
aja, mana temennya?”
“Oh dia keatas dulu mau
lihat nilainya”
“Kamu gak lihat nilai
kamu?”
“Udah lulus aja Alhamdulillah,
lagian juga banyak orang pusing”
“Iya, banyak banget yang
ujian..skripsinya gimana? selesai?” pertanyaan yang biasanya aku sendiri benci
mendengarnya. Serasa ingin membunuh siapapun yang menanyakannya padaku.
“Belum, banyak malasnya
sih” aku jawab santai sesantai mungkin, apakah ini karena kamu yang bertanya? Aku
begitu tenang dan tiba-tiba semangat mendengarnya.
“Jangan malas, semangat
dong J “
“Iya sih, ini lagi kebut
biar bisa sidang cepet, pusing mikirin kaya ginian”
“Hahaha, resiko
mahasiswa...”
“Iya”
“Udah makan? “
“Udah tadi pagi”
“Oh, yaudah aku pergi
dulu yah...”
“Mau kemana?”
“Cari makan”
“Oh iya...”
“Eh, sekali lagi selamat
yah...”
“Iya nuhun J “
“Ahjumma, kamu mau
kemana?” tiba-tiba suara temanku datang menghancurkan lamunanku.
“Eh...aku mau pulang aja
kamu mau ke kosan aku?”
“Kayanya aku pulang aja”
“Oh, langsung ke rumah?
Sama siapa? Yaudah hati-hati ya..daaaahhhh....”
Kita berpisah.
Aku memainkan mataku dia
masih disana duduk didepan laptopnya, kemudian berdiri dengan seorang pria yang
sepertinya aku kenal di komunitasku. Dia masih duduk saja disana, tidak melihat
padaku. Dia berdiri dan pergi.
Aku juga pergi, berjalan
kosong karena pembicaraan kita hanya bayangan.
Bayanganmu hilang begitu
saja, entah kamu pergi kemana, ah, situasi pusing seperti ini sepertinya makan
bakso, dengan cuka dan sambal juga sedikit kecap sepertinya enak.
Aku berjalan dalam
keramaian, keramaian mahasiswa yang berebut agar masuk dalam gerbang kecil
belakang kampus, rasanya dengan situasi seperti ini pedagang bakso pun ramai
pengunjung. Aku sedikit mempercepat langkah, dan semua terhenti. Aku hany
sempat melirik tanpa berbelok. Pedagang bakso terdekat sepi pengunjung, tapi
kamu duduk disana, menatap keluar, dan mata kita bertemu.
***
Sontak saja langkahku
begitu cepat, senyumku tak kunjung berhenti. Foto yang kuambil didepan kosan
untuk kuabadikan selalu kupandangi, begitu ikhlasnya aku dengan segala
kekuranganku, bertemu denganmu disaat menegangkan seperti ini. Terimakasih
untuk membantuku melancarkan aliran darah dan memanaskan darah yang membeku di
wajah dan tanganku yang begitu dingin setelah bertemu penguji yang dari dulu
aku takutkan.
Senyum terikhlas yang
pernah aku pandang sendiri digambar yang kuambil. Bahagiaku hari ini. Jum’at
14:50 .
Aku perempuan bawel yang
tidak hentinya menceritakan kejadian tadi seketika kompre, terus saja
menanggalkan senyumnya untuk setiap ceritamu. Tidak habisnya ku ulang kembali
saat pertama kita bertemu, kamu yang berbaju pramuka duduk diatas gedung lantai
dua, berkumpul bersama kawan pramuka lainnya, tertawa bahagia atas keberhasilan
pasus (pasukan khusus) anak penggalang. Dan kini kita bertemu kembali dengan
tukar seragam, hari ini aku datang dari perjalanan jauhku, perjalanan Bandung –
Tasik dengan kedua kaki yang kemudian drop di kota Garut. Aku dengan wajah
kusam, dekil, berseragam pramuka lengkap dengan accesorisnya berjalan
dihadapnmu, menyimpan sepatu hitam disampingmu dan kau tak sadar itu.
Kamu baru saja masuk
kuliah kan?
Dan ternyata kita satu
pijakan, kita satu fakultas, hanya saja kamu Arab aku di Inggris.
Kamu pria yang selalu
hadir di jam-jam kuliah siang seketika dosenku tidak masuk kelas.
Kamu juga sama, berjalan
di koridor kelas, bulak-balik sampai aku menemukanmu berulang kali. Menatap
indah wajahmu tanpa senyummu, aku terima. Biar aku saja yang tersenyum.
Tersenyum melihatmu dari kejauhan.
***
Tuhan menakdirkanku
melihatmu lebih dekat tanpa jendela pecah seperti dulu kulakukan. Sekarang kamu
seperti hantu gentayangan didepanku. Didepan mataku berjalan tegas, membuat
lututku lemah tak berdaya dan salah tingkah mendadak.
Kamu tidak hanya
berkeliaran dipikiranku, tapi juga dikampus, fakultas juga prodi, tapi kamu pun
sering muncul disetiap status kegalauanku, namamu ada. Dan itu membuatku
semakin bersemangat online di Facebook kamu menyukai status-statusku,
tidak ada commentar tapi kamu menyukainya. Tidak hentinya kamu mengunggah
foto-foto terbarumu, inginku menyimpannya tapi itu masalalu. Masa dimana aku
tidak tahu malu.
Oziel : hai lagi apa?
Buch ! : lagi ol
Oziel : udah malam cepet istirahat
Buch ! : iya tanggung blm ngantuk
Oziel ! : kenapa belum ngantuk?
Jangan mikirin aku terus
Buch ! : haha
Chattingku sedikit
terhenti karena aku curiga ini bukan dia, dia tidak pernah seperti ini padaku
sebelumnya, begitu perhatian, dan mengejutkan.
Oziel : udah makan blm?
Buch ! : blm
Oziel : knpa blm mkn? Nanti kamu sakit
Buch ! : gaakan
Oziel : cpt mkn, aku juga blm mkn sih..
Buch ! : knpa ?
Lama tidak ada balasan.
Aku semakin curiga, ini bukan dia yang aku tau selama ini, pertanyaan tidak
penting seperti itu tidak pernah kudengar sebelumnya. Kemudian
Oziel : is
typing.........
Aku diamkan saja.
Oziel : is
typing................
Oziel : maaf ya yang
tadi bkn sya, tapi temen
Buch ! : ah iya gpp ko
Sakitnya tuh disini.
Hampir saja aku
terpancing godaan maut itu, hampir saja aku melayang di udara kalau saja dia
seperhatian itu padaku. Jika benar itu dia? Sangat mustahil. Aku diam menatap
layar PC mengingat-ngingat dan membaca
kembali takut saja ada chat yang ternyata membuat risih ketika dibaca kembali.
Aku mengingat kembali
dan merenungi kalimat terakhirnya. Kalimat ‘maaf itu temen’ bagaimana rasanya?
Apakah selama ini yang mengirimku chat-chat seperti itu temannya? Apakah yang
mengirimku pesan-pesan, membalas setiap sms itu bukan no Mr. Kulkas ? lalu itu
nomor handphone siapa? Suara hangat yang mirip milik siapa? Siapa dia ?
Sejak itu, aku mulai
tidak rajin membalas pesanmu, sedikit-sedikit kita saling tak berhubungan
walaupun kau berjalan di beranda facebookku tapi aku tetap duduk saja tak
menyapamu. Rasa takut tiba-tiba tumbuh.
Aku melihatmu, cara kamu
nongkrong dengan teman organisasimu, rambut panjang semua dan hanya kamu
berambut cepak, celana katu hitam, dan kaos oblong. Segelas kopi ditanganmu
sepertinya hangat ditenggorokan, tapi aku tidak melihat sebatangpun rokok
ditanganmu. Sosokmu yang kutemui di setiap bahagiku, sosokmu yang tiba-tiba
membuatku takut setelah aku membaca pesan terakhir dalam pembicaraan kita.
Pembicaraan tak berarti antara teman SMP yang tidak pernah bertemu satu sama
lain.
***
Hari-hari yang penuh
kebiasaan baruku dengan duduk santai di koridor kampus setiap hari jumat, sabtu
dan minggu menjadi rutinitasku, pekerjaan setumpukan membuatku tak lepas dari
internet. Berita-berita tentang dalam dan luar negeri kini membuatku semakin
tertarik. Keinginanku untuk keliling dunia entah bersama siapa menjadi
semangatku untuk tetap bersama internet setiap waktunya. Tiba-tiba aku membaca
satu tulisan dari seorang penulis muda, blognya ini kubaca dan kutemukan dari
postingan twitternya, kalimat awalnya teruntuk zombieku...
Ku capture dan tak segan
kujadikan display picture di Blackberry Messenger, zombieku
sebuah nama yang kubuat sedari dulu, ketika aku masih terjun didunia kealayan,
dengan menggabung-gabungkan namaku dengan
namanya. Tidak ada sedikitpun yang spesial antara penggabungan nama,
karena semua ini tidak akan berpengaruh apakah kita akan bersatu atau tidak.
Berbagai nama dan angka
aku tulis seakan kita sudah bersama sejak dulu, seakan hati kita telah menyatu,
aku menulis tanggal lahirmu dan segalanya seakan kita telah menjadi kita.
***
Ini sudah malam, untuk
zombie menurutku, kamu memang seperti zombie. Berjalan tak bernyawa, tanpa
senyum, tanpa tanya. Sampai kapan kau akan menganggapku tidak ada, sampai kapan
kamu tidak mengenalku dan tidak ingi
tahu sekedar siapa aku. Aku menyimpan tanggal lahirmu agar aku bisa
mengucapkan selamat ulang tahun untukmu dari kejauhan, karena yang aku tahu
do’a akan sampai karena lewat hati, tanpa sinyal sekuat apapun. nomormu tidak
lagi aku simpan bukan karena sengaja kuhapus tapi handphoneku yang hilang
begitu saja. aku harap kita terus bertemu, aku ingin kita bertemu dua kali lagi
sampai aku wisuda nanti. Inginku kamu ada walaupun hanya melewat didepan mataku atau aku hanya mendengar
suaramu karena mungkin saja aku tak lagi dapat melihatmu. Aku hanya tidak mau
hari kemarin menjadi hari terakhir aku melihatmu. Sore hari di depan kampus,
kita bersamaan menyebrang ke tepian jalan menuju bis kota langganan aku berdiri
disebelah perempuan yang kubiarkan menyebrang jalan lebih dulu dan kamupun
disampingnya, memegang erat tangannya sampai hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar