Senin, 04 Agustus 2014

KAMU TAKUT ?



KAMU TAKUT ?
               Cianjur, salah satu kota kecil di jawa barat namun, entah mengapa kota ini begitu berarti bagiku. Tubuhku seakan tak ingin lepas dari kota ini, bahkan sejak aku kenal seseorang. Seorang pria berambut ikal.
“Bagaimana? Kamu mau ikut?” tanya temanku, pada pria disampingnya. Baru kali ini aku melihat pria ini begitu jelas depan mata.
“Boleh, tapi kapan? Jangan sekarang aku harus beresin dulu kamar, ibu mau ke asrama” jawabnya santai.
“Oke, kita ketemu di TKP saja, telpon aku..”
“Siap..”
“Eh, dia ada?” tanyanya kembali, aku kira obrolan mereka akan berakhir sekedar tawar menawar ternyata masih panjang. Aku seperti penguntit saja, menceritakan tentang apa yang mereka bicarakan, padahal siapa aku? Aku tidak tahu apa-apa.
“Ada, kemarin habis pulang sih...”
Deg, kenapa hatiku tiba-tiba tahu siapa dia? Aku begitu familiar dengan dia, padahal dia tidak menyebutkan namanya.
“Eh, Hadni kenalin dong ini siapa..?” dia menunjuk kearahku
“Oh ini Syahra, Syahra ini Billy...”
“Oh Zombie yah?”
Aduuuhhh, kenpa dia tahu? . aku hanya membalas dengan senyum saja, tak kuasa aku.
Kita berkenalan dengan berjabat tangan. Tanganmu seperti perempuan juga agak gemuk.
Padahal sudah kita akhiri perbincangan ini, tapi kamu? Tetap ikut dibelakang hadni.
                                                                                          ***
Kami melanjutkan perjalanan, melalui jalur Puncak yang terkenal begitu macetnya dan jagung bakar. Semua warung dipinggir jalan mengeluarkan asap tebal, asap hitam mulai bergabung dengan kabut gunung yang begitu pekat. Untung saja supir mobil yang terkenal ELF[1]  ini sudah sangat lihai menaklukan kabut. Perkebunan teh yang begitu luasnya menampakan indah, dengan hijaunya mereka merayu pengunjung untuk menepi jalan dan singgah untuk berfoto. Tapi tidak dengan kami, ini mobil angkutan kita hanya numpang dan tidak mungkin seenaknya berhenti.
Kami sampai di depan jalan besar menuju Taman Safari. Tapi bukan itu tujuan kami, ojeg yang membawa kita beruntutan mengantarkan kita ke sebuah rumah menyerupai Villa, rumah ini kosong, kami istirahat juga makan-makan.
Tok..tok..tok..
“Siapa bin? “ tanya fera
“Gak tahu...” bina sendiri heran, malam begini siapa yang kerumah.
“Kayanya Billy, gimana dong? Masa dia suruh nginep disini?” saut hadni yang sejak tadi tidak kunjung lepas dari handphone nya.
“Jangan, nanti aku di omelin papah...” memang sih jawaban bina benar, aku juga begitu kalau ada cowok malam datang ke rumah pasti yang di omelin aku. Bagaimana dengan kalian?
“Yaudah telpon temennya gitu yang disini..”
“Iya dia kan laki-laki masa gak tahu tempat tinggal..”
“Kita yang repot ini.”
Aku tidak menyempatkan diri bertemu laki-laki berambut ikal itu, mata sudah dipuncak kantuk, bahkan VCD yang memutarkan drama Korea yang dibintangi rain waktu itu pun aku lewati saja.
                                                                                          ***
Sejak kemarin pria ini merepotkan Hadni saja, apa maunya sih ! gerutuku dalam hati.
Kita duduk berdempetan di angkutan umum, pertemuan kita di kota ini sugguh mengharukan. Perjuangan temanku hadni membuat satu pria ikal ini bahagia dan tidak merasakan kapok-kapoknya main bareng.
Tujuan utama kami yaitu nonton. Biasalah umur segini diwaktu bebas dan masih punya uang sisa Tour sekolah ingin menghabiskannya dengan hal yang benar-benar tidak penting. Masuk bioskop pun pertama kalinya bagiku, ya..yang ditonton film hantu Indonesia apalagi, atau film tentang cinta. Sejak kisah Irwansyah dan Acha Septriasa mensukseskan film cinta akhirnya layar lebar terus menggunakan pasangan itu untuk film selanjutnya. Aku tertarik waktu itu. Film yang ku tonton pertama ya Suster Ngesot.
“Aku udah nonton ini, yang lain dong...” tegurnya ketika kami rempong pilih-pilih film mana yang harus ditonton.
“Yaudah kamu gak usah nonton...” jawabku kesal, sejak tadi dia mulai ngalunjak, Hadni terlalu baik padanya.
“Masa gitu, gak enak dia kan kita yang ngajak, kita patungan buat bayar dia...” bela sahabatnya ini.
“Yaelah, ....”
Studio 2 telah dibuka.......
“Ra, tukeran dong duduknya, biar bisa ngobrol juga sma Fera...” pinta laki-laki aneh berambut ikal dan berkulit putih ini.
“Gak ah..!” otomatis aku tidak akan memberikan tempat duduku, secara yang dituker itu pojokan, dan yang ditonton horror, perempuan mana yang ingin duduk di pojokan pas nonton layar lebar guys?
“Kamu gitu, ayolah please...” dia mulai berani menarik tshirt ku.
“Gak !”
“Raa....”
“Yaudah nih !”
“Ikhlas gak? Kalo enggak gak usah maksain” mulai menyebalkan.
“Yaudah sini “
“Ehhhh....becanda kali....”
MOVIE START !
Apa yang pria ini lakukan ?
Bibirnya, ya...bibirnya lebih heboh dari perempuan seperti aku.
Dia tidak sedetikpun menghentikan mulutnya disetiap adegan menantu hatta rajasa itu, bahkan tangannya, usil !
Kakinya kaya kesemutan !
Bikin gak nyaman sedikitpun !
Aku menyesal memberikan bangkuku untuk pria jayus kaya dia, rese !
                                                                                                         ***
Setelah lelah ini dan itu, kita makan di tempat yang harganya tidak membuat jantung ini berdebar melewat batas, kita makan di tempat nongkrong ayam goreng pake terigu, minumnya cola, ada saosnya.
“Ini punya siapa?” kami kebingungan karena si masnya tiba-tiba nganterin burger depan aku.
“Gak tahu, siapa pesen burger?” tanya pria so ganteng ini.
“Oh, itu punya aku...” sembari mengambil satu burger kesamping nasi yang belum kusentuh, padahal aku tidak pernah suka makanan seperti ini. Roti dengan sayuran, daging dan telur didalamnya, ada mayonnaisenya juga, ah tidak tergoda sedikitpun. Mendengarnya saja aku mual, apalagi makan.
“Yang makan itu bibirnya dower ! “ sepertinya dia ketakutan, dia menatapku, menginjak kakiku, padahal sedikitpun tidak kumakan burgernya. Tenang saja om rambut ikal yang dulu kujaili, itu burgermu, aku tidak suka ko.
“Oh, kmau mau? Masih lapar? Bilang dong “
“Ngeselin yah kamu .... “
“Kaya enggak aja...” kupelankan suara karena tangannya akan mulai mencubit lenganku. Dia duduk lagi-lagi disampingku. Malesin !.
                                                                                          ***
Beginilah awal jumpa kami, hanya aku yang berani angkat bicara.
Sebelum menunggu film kedua kami habiskan waktu satu jam ke tempat bermain.  Kemudian berkeliling di pusat perbelanjaan ini, dengan tangan kosong. Tapi sebelum beranjak, kamu meninggalkan Hadni dan menghampiriku. Apa yang kalian berdua rencanakan?
                                                                                                         ***
Kau memegang erat tanganku, seakan tak pernah ingin jauh darimu. Tapi aku, ingin menjauh darimu karena aku tidak pernah tau siapa kamu. Yang aku tahu kamu hanyalah sosok pria tampan, keren, ternama, pintar dan nomor satu di sekolah. Tapi aku hanyalah perempuan biasa sekali tidak kenal ini dan itu hanya tiba-tiba saja aku mengenalmu.
“Bagaimana bisa aku mencintai seorang wanita dengan begitu saja. aku tidak tahu kenapa aku begitu menyayanginya tiba-tiba. Tidak ada satu wanitapun yang aku lihat selain dia, tapi aku tidak pernah mennyangka kalau temanku pun menyukainya. Tapi anehnya dia kenapa memilih aku” sambil menarik tanganku yang hendak masuk ke arena accesories dan tidak akan bisa dapat diganggu sampai nanti bosan.
“Kata siapa? Pede” jawabku.
“Emang bener, kalau dia pilih temnku itu dia gaakan pernah mau jawab telpon aku”
“Ya mungkin dia ingin bicara sama kamu”
“Ah, kamu ga ngerti ini. Lalu bagaimana sekolahmu, lanjut dimana?”
Kamu menjadi tidak nyambung. Pembicaraan kita diawali dengan rasa ingin tahuku padamu pria misterius. Jelas saja dia misterius aku tidak pernah mengenalnya.
Perjumpaan kita dikota hujan ini sungguh tak pernah membuatku ingin pindah kota. Aku masih ingat sekali bagaimana kita berpakaian. Tanpa seragam so dewasa, dengan tshirt yang lagi marak waktu itu “Bilbong” tanpa disengaja aku dan kamu memakainya. Dan kita sama-sama mengenakan sendal jepit abu-abu, tapi bedanya milikmu keras sekali sampai melukai jari kaki kiriku. Kamu terlalu bersemangat menarik tanganku, aku tahu kau mau melindungiku tapi tidak begini caranya, ingin melindungiku namun malah menyakitiku.
Kita berbincang terlalu lama, tanganmu tak lepas dari lenganku. Kita berdiri berdampingan dengan sejuta ceritamu, kamu begitu percaya padaku, dengan menceritakan segalanya bahkan detail.
Aku masih memikirkan maksud kalian berdua apa?
Kenapa cerita padaku? Bukan ceritamu yang panjang lebar tentang seorang perempuan yang kau lihat kemudian kamu sayang dia. Kalau itu saja aku sudah sadar sejak lama, sejak sehari yang lalu.
                                                                                          ***
Cerita kita ternyata berlanjut sampai terus-menerus. Tidak hentinya kau hubungi aku sampai 5x24jam, bahkan satpam pun tidak ada yang berjaga seperti itu. Apa yang kau bicarakan? Hanya tentang gadis itu.
Aku mengenal gadis yang kau sukai, aku mendukungmu. Kau begitu mencintainya, aku tahu. Tapi kamu pura-pura tidak punya perasaan apa-apa, gaya bicaramu bisa saja. tapi coba kita ingat-ingat apa yang kamu katakan diawal pertemuan kita?
“Entah kenapa aku begitu menyayanginya tanpa mencintainya”
Kau hanya sudah berkomitmen tidak akan pernah pacaran sampai sukses nanti. Kau hanya tidak mau segalanya hancur hanya karena perempuan.  Dan aku hargai itu, kamu luar biasa. Aku kira kamu playboy, tapi tidak. Aku pikir kamu ini dan itu tapi ternyata kamu pria baik-baik yang punya misi rahasia dan tidak ada satu orang pun yang tahu apa yang kamu mau.
Dan aku punya satu pertanyaan. Kenapa jadi aku yang repot sendiri, tiba-tiba mengartikan beberapa sinyal yang jelas bukan untuk seorang perempuan yang tidak kenal siapa-siapa. Sinyal yang kuanggap kuat bukanlah seharusnya kurasakan kini. Perempuan bodoh mana yang tidak akan mengira kalau seorang pria tiba-tiba memilih kamu untuk dijadikannya tempat curhat tidak perasaan apapun. salah satunya aku, tapi mulanya saja.
Aku selalu mengingat bagaimana caranya kamu memperhatikanku, menelponku, saling berbagi kisah, walaupun  kamu yang banyak bicara dan menyanyi, memang suaramu bagus.
Kamu seorang pria bernama Billy, penggermar berat band yang menurutmu terbaik untuk agama itu membuatku terpesona. sampai aku sempat terheran ketika kau menyanyikan lagu...
“Ku mencintaimu lebih dari apapun, meskipun engkau hanya kekasih gelapku”
Bagaimana bisa aku hanya tersenyum bahagia ketika kau lantunkan? Yang kusadari dulu adalah, suaramu bagus. Handphone pertama yang kupunya penuh dengan inbox darimu, contact di handphoneku bukan hanya namamu tapi banyak, namun setiap menyala selalu namamu yang kutulis dengan nama lengkap. Setiap telpon menyala hanya namamu yang muncul di display aku heran, kenapa kau menghubungiku bukannya gadis kecilmu itu?
                                                                                          ***
“Hei..apa kabar? Kemana aja? Telponku gak dijawab dari tadi?” suara yang benar-benar familiar kudengar renyah ditelinga.
“Maaf, handphone kutinggal di mobil”
“Kamu lagi dimana?”
“Aku lagi di taman bermain di Jakarta pusat”
“Loh ko sama, ini aku baru mau pintu keluar”
“Oh gitu? Memangnya kamu dimana?”
“Aku renang sama adik-adik “
“Oh aku ini lagi di pantainya sebentar lagi pulang”
Pembicaraan kita terhenti, karena suatu hal. Masalah charger yang dulu susah sekali bukan jaman kaya hari gini ada Powerbank.
                                                                                          ***
Setiap hari begitu, kau hubungi aku tanpa bosan, sampai suatu hari kau hilang contact.
Aku begitu cemas, aku rindu, inginku berkabar kembali denganmu tapi...sulit!
Kenapa aku tiba-tiba merindukanmu?
Ini kali pertama aku punya diary...
Dihalaman pertama kutulis namamu, nama yang sering kulihat dilayar telpon genggam, nama yang sering kau sebut sendiri, akhirnya dengan berani kutulis dengan penutupnya aku rindu.
Apalah aku, kelas sepuluh SMA tau apa tentang cinta.
Apa cinta, sebentar, aku hanya rindu padanya kali ini.
Kamu dimana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa?
                                                                                                         ***
Hari pertama masuk sekolah.
Pertama pake rok abu-abu, teman baru, kelas baru, dan ......
“Kenapa kamu sekolah disini?” tanyaku, pada pria rambut ikal.
Aku tersontak kaget, melihat gayanya yang super lebay duduk disamping bangkuku dan entahlah, dia akan beraksi mungkin.
“Emang kenapa? Gak boleh..”
“Ya, boleh sih... “
Bukannya dia mau sekolah di negeri Jiran? Apakah dia tak ingin menjemput Manohara pulang ke Indonesia Jaya?
                                                                                          ***
Satu minggu dikelas yang sama, kamu ini tidak lepas dari kegiatanku semuanya ingin disamakan. Dari struktur organisasi, jadwal piket sampai grup apapun ingin bersama. Macam apa kau ini.
Seisi kelas menyangka kalau kau dan aku ada apa-apa, padahal tidak, kita hanya teman biasa saja.
Aku hanyalah perempuan yang serba ingin tahu apapun yang didengar, bahasa ilmiahnya aku ini kepo. Mereka tidak pernah mengira kedekatan kita seperti apa, kedekatan kita hanya sebatas teman sekelas, yang saling percaya, tidak saling juga, kamu hanya cerita padaku itu saja.
Kita tidak akan pernah sedekat yang dilihat orang sampai kini kalau aku tidak so tahu siapa wanita yang kau suka, wanita yang selama ini kamu dambakan dan masih kau anggap gadis kecil, perempuan yang kau anggap adik tapi sayang keterlaluan ini tidak pernah aku tahu sebelumnya. Wanita ini pun sama, ingin cerita tapi tak kuasa dan akhirnya aku tahu sendiri. bagaimana keponya aku, bagaimana so gantengnya kamu ini jadi awal pertemuan kita, dan awal cerita SMA ku.
                                                                                          ***
Pandangan orang berbeda, mereka pikir kita romantis, mereka pikir kita ada hubungan lebih dari teman, padahal. NO !
Kamu pernah bilang sayang padaku, tapi semua itu kuanggap hanya bercanda karena aku pikir aku sudah mulai tahu siapa kamu sebenarnya. Kata-katamu yang mulai gombal akut membuat aku sakit telinga, sekuat tenaga aku menahan perasaan agar tidak kunjung jatuh dalam buaianmu, aku kuat dan masih kuat.
Semua guru tahu kalau kita dekat. Kantor sekolah tempat kita pernah membicarakan suatu hal penting untuk lomba karena saat itu aku ketuanya jadi kamu harus nurut padaku. Esok harinya kita bercengkrama hanya berdua dikantor sekolah, dengan lipatan surat edaran yang menggunung dan para pengajar melirik dan meledek ini sungguh menyiksa batinku.
Hampir ditanya serius oleh para senior karena kamu sendiri mengumumkan kalau aku kekasihmu, sampai anak kecl ingusan entah masih ngompol atau tidak tahu kalau aku ini kekasihmu, dan sampai saat itu aku masih kuat mental. Sekuat tenaga hatiku tak kunjung roboh dibuatnya.
                                                                                          ***
Aku sempat berpikir kecil. Kamu melakukan ini agar aku mulai menjauh darimu? Agar aku mulai membencimu, agar aku mulai tak ingin berbincang denganmu. Tapi entah kenapa kamu selalu aku butuhkan di waktu genting dan kamu mau menolongku.
Kamu terlalu baik untukku benci, kamu terlalu sempurna untukku jahati dan kamu juga terlalu jahat untukku cintai.
Kembali pada rasa yang hampir roboh, berjalan dengan hati yang mulai rapuh. Kata-katamu ini bagaikan air yang dengan mudah merobohkan bangunan tanahku. Hatiku terlalu kejam untuk mencintaimu, banyak yang harus kupertimbangkan jika aku memang terbukti memiliki rasa lebih dan berlebihan tapi, entahlah segalanya perlu pertimbangan.
Kamu itu pria idola siapapun. Jadi, aku akan dibenci siapapun. Fans mu ada dimana-mana, bahkan banyak gadis cantik yang mengincar dan aku siapa? Aku hanya temanmu saja.
                                                                                          ***
Kudengar kamu punya pacar, selamat dan akhirnya kita tak lagi ada kata dekat, sedekat apapun kita tidak pernah bersatu, kita itu air dan minyak. Kamu mulai nakal, rambutmu di rebonding tampil beda, kamu tampan. Pacarmu akan senang. Maafku pernah menghina kekasihmu, itu entah kenapa, sebenarnya aku bukan tipe perempuan yang dengan mudah mengejek orang lain, entah kenapa itu refleks dan aku mengatakan hal-hal bodoh yang seharusnya tidak aku katakan, aku emosi sendiri. aku benar-benar bodoh.
Walau ceritanya sudah ku edit berkali-kali tapi tetap saja kau seperti mendapat celah untuk mengolokku, menjadikanku bahan ejekan. Apa salahku?
Aku memang sebawel yang kau kira tapi aku akan menjaga semua rahasiamu, rahasia yang tidak aku katakan sedetailnya, rahasiamu jadi rahasiaku.
Aku hanya ingin kamu menghentikan semua gosip ini (saat itu)
Semua yang kupikirkan menjadi aneh, aku menjadi kegeeran sendiri, kamu membawakannya hadiah ini dan itu tapi kamu tetap ingat padaku. Kamu memberiku ini dan itu tapi disampingnya kau juga punya niat lain. Aku tidak mengerti apa-apa, yang aku tahu kali ini bahwa aku mulai suka kamu.
                                                                                          ***
Kamu mulai hadir disetiap jalan ceritaku, kau katakan zombie, dan aku memang suka dia. Aku punya potonya zombie, tapi aku baru sadar kalau kamu disampingnya. Kamu bergaya sendiri di potoku, yang kumaksud zombie bukan kamu.
Kedekatan kita tidak lagi sama, kamu mulai bermain dengan wanita-wanita pilihan, bukan wanita kumuh seperti aku. Kamu sudah tidak lagi berbagi kabar dan cerita denganku, berbagi oleh-oleh yang kupinta dan sering kau kabulkan. Aku senang bercengkrama denganmu, aku benar-benar senang bisa berbagi kisah tapi aku tidak senang kalau kita harus berbagi hati.
Beruntungnya aku tidak menerima cintamu, beruntungnya aku tidak menganggapmu lebih, jika iya, aku tahu apa yang akan terjadi saat ini, kita akan berjauhan dan saling benci, aku akan memfitnah kamu dengan beragam kata busuk, tapi tuhan berkata lain, tuhan bilang kita harus tetpa berteman sampai nanti.
Kamu begitu dekat dengan seorang gadis dikamarku, gadis yang menjadi adik didikku, aku dengar kalian bertemu ya? Dia yang cerita, kamu mulai bertemu dengan orang-orang sekitarku termasuk saat terkahir kita bertemu seperti dulu.
                                                                                                         ***
Malam ini begitu berarti, tiga tahun sudah kita tlah lewati...
Malam ini hanya kau dan aku mengenang semua rasa yang pernah ada....
Saat kuhubungi, setelah perpisahan kau tiba-tiba datang menemui kami berdua. Ditempat yang tiba-tiba menjadi favorit ini mengukir kisah kita. Bagiku ini kita tapi bagimu bukan, ini hanya pertemuan. Kita habiskan malam dengan berbagai acara, acara sepele tapi aku tetap mengingatnya.
Bahkan waktu kamu tiba-tiba menghilang dan hampir bisa dibilang mirip tristan di ganteng-ganteng serigala itu, bisa datang disaat genting. Hampir saja aku dan dia terluka tapi kamu tiba-tiba ada dibelakang kita. Aku pun masih bingung kenapa bisa? Aku masih memikirkan kenapa bisa seperti ini?
                                                                                          ***
Keanehanmu itu kubaca tepat kalau kamu ingin melindunginya. Ingat kalimat pertama yang kau bagikan padaku, kalau kamu sayang dia dan tidak mungkin “pacaran” dengan gadis itu karena satu hal. Perjuanganmu, perlindunganmu dan segalanya aku salut, aku sadar kini, kamu melakukan banyak hal untuk gadis itu, kamu menjadikanku perantara cintamu, kamu bertindak seakan aku yang kau lindungi tapi sebenarnya dia yang kau lindungi.
Akhirnya aku mengerti kau begitu gagah. Kau begitu keren, hatimu bermain kesana-kemari mungkin kau bosan dengan kehidupan, mungkin kau cemas dan ingin merasakan indahnya menjalin kasih sebenarnya, bukan pura-pura seperti kau bilang aku kekasihmu. Aku sadar, bagaimana seorang pria benar tulus mencintai perempuan dengan cara yang berbeda tidak mengumbar, hanya perempuan kurang peka untuk hal seperti ini. Walaupun selama ini kamu anggap dia adik, apakah memang karena kau anggap dia adik akhirnya kau mau melindungi gadis itu seutuhnya? Kamu hebat boy J
                                                                                          ***
Hidupku kini sibuk persiapan universitas, aku tidak sibuk dengan handphone atau gosip-gosip hangat yang biasanya akulah biangnya. Aku tidak pernah ketinggalan untuk masalah ini, untuk masalah yang tidak penting sekalipun, bahkan kini aku tidak pernah bertemu dengan dua orang yang mulai aku sayangi seperti keluargaku sendiri. kakakku dan adikku kalian sungguh berarti kini.
Aku mulai dekat dengan seseorang yang mulai memberiku banyak perhatian, aku senang memang, dia baik. Dia kenalkan aku pada ibunya, dan lagi-lagi pria ini pun merasa nyaman bersamaku, aku tidak tahu malah seperti apa sifatku ini. Orang-orang aneh dan tidak pernah ku kenal merasa nyaman dan ingin lebih dekat hanya untuk berbagi kisah dan itu sekedar saja. perkataanku yang hanya keluar natural dan tidak ada unsur plagiarism membuat orang sekitar tertawa terbahak, aku sendiri heran dan aneh sendiri, apakah aku segila itu? Padahal aku biasa saja.
                                                                           ***
Hari ini begitu berarti, ini hari kepulanganku dari puncak gunung.
Aku dengar kabar baik dan entah bisa dibilang buruk atau biasa saja, karena kedengarannya nyaman ditelinga kalau kamu ada disini, di tempatku, Bandung. Rasanya ingin cerita kalau aku bla, bla, bla, tapi mulut ini tiba-tiba terkatup rapat dan semua yang ingin aku tuangkan hilang.
Mendengar kalau itu semua kini terjadi dan sudah setahun berlalu aku cukup senang dan sakit hati. Selamat ya akhirnya :’)  



[1] Elf mobil angkutan seperti bus mini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar