KAMU TAKUT ?
Cianjur, salah satu
kota kecil di jawa barat namun, entah mengapa kota ini begitu berarti bagiku.
Tubuhku seakan tak ingin lepas dari kota ini, bahkan sejak aku kenal seseorang.
Seorang pria berambut ikal.
“Bagaimana? Kamu mau ikut?” tanya temanku, pada pria disampingnya. Baru
kali ini aku melihat pria ini begitu jelas depan mata.
“Boleh, tapi kapan? Jangan sekarang aku harus beresin dulu kamar, ibu mau
ke asrama” jawabnya santai.
“Oke, kita ketemu di TKP saja, telpon aku..”
“Siap..”
“Eh, dia ada?” tanyanya kembali, aku kira obrolan mereka akan berakhir
sekedar tawar menawar ternyata masih panjang. Aku seperti penguntit saja,
menceritakan tentang apa yang mereka bicarakan, padahal siapa aku? Aku tidak
tahu apa-apa.
“Ada, kemarin habis pulang sih...”
Deg, kenapa hatiku tiba-tiba tahu siapa dia? Aku begitu familiar dengan
dia, padahal dia tidak menyebutkan namanya.
“Eh, Hadni kenalin dong ini siapa..?” dia menunjuk kearahku
“Oh ini Syahra, Syahra ini Billy...”
“Oh Zombie yah?”
Aduuuhhh, kenpa dia tahu? . aku hanya membalas dengan senyum saja, tak
kuasa aku.
Kita berkenalan dengan berjabat tangan. Tanganmu seperti perempuan juga
agak gemuk.
Padahal sudah kita akhiri perbincangan ini, tapi kamu? Tetap ikut dibelakang
hadni.
***
Kami melanjutkan perjalanan, melalui jalur Puncak yang terkenal begitu
macetnya dan jagung bakar. Semua warung dipinggir jalan mengeluarkan asap
tebal, asap hitam mulai bergabung dengan kabut gunung yang begitu pekat. Untung
saja supir mobil yang terkenal ELF[1] ini sudah sangat lihai menaklukan kabut.
Perkebunan teh yang begitu luasnya menampakan indah, dengan hijaunya mereka
merayu pengunjung untuk menepi jalan dan singgah untuk berfoto. Tapi tidak
dengan kami, ini mobil angkutan kita hanya numpang dan tidak mungkin seenaknya
berhenti.
Kami sampai di depan jalan besar menuju Taman Safari. Tapi bukan itu
tujuan kami, ojeg yang membawa kita beruntutan mengantarkan kita ke sebuah
rumah menyerupai Villa, rumah ini kosong, kami istirahat juga makan-makan.
Tok..tok..tok..
“Siapa bin? “ tanya fera
“Gak tahu...” bina sendiri heran, malam begini siapa yang kerumah.
“Kayanya Billy, gimana dong? Masa dia suruh nginep disini?” saut hadni yang
sejak tadi tidak kunjung lepas dari handphone nya.
“Jangan, nanti aku di omelin papah...” memang sih jawaban bina benar, aku
juga begitu kalau ada cowok malam datang ke rumah pasti yang di omelin aku.
Bagaimana dengan kalian?
“Yaudah telpon temennya gitu yang disini..”
“Iya dia kan laki-laki masa gak tahu tempat tinggal..”
“Kita yang repot ini.”
Aku tidak menyempatkan diri bertemu laki-laki berambut ikal itu, mata sudah
dipuncak kantuk, bahkan VCD yang memutarkan drama Korea yang dibintangi rain
waktu itu pun aku lewati saja.
***
Sejak kemarin pria ini merepotkan Hadni saja, apa maunya sih ! gerutuku
dalam hati.
Kita duduk berdempetan di angkutan umum, pertemuan kita di kota ini sugguh
mengharukan. Perjuangan temanku hadni membuat satu pria ikal ini bahagia dan
tidak merasakan kapok-kapoknya main bareng.
Tujuan utama kami yaitu nonton. Biasalah umur segini diwaktu bebas dan
masih punya uang sisa Tour sekolah ingin menghabiskannya dengan hal yang
benar-benar tidak penting. Masuk bioskop pun pertama kalinya bagiku, ya..yang
ditonton film hantu Indonesia apalagi, atau film tentang cinta. Sejak kisah Irwansyah
dan Acha Septriasa mensukseskan film cinta akhirnya layar lebar terus
menggunakan pasangan itu untuk film selanjutnya. Aku tertarik waktu itu. Film
yang ku tonton pertama ya Suster Ngesot.
“Aku udah nonton ini, yang lain dong...” tegurnya ketika kami rempong
pilih-pilih film mana yang harus ditonton.
“Yaudah kamu gak usah nonton...” jawabku kesal, sejak tadi dia mulai
ngalunjak, Hadni terlalu baik padanya.
“Masa gitu, gak enak dia kan kita yang ngajak, kita patungan buat bayar
dia...” bela sahabatnya ini.
“Yaelah, ....”
Studio 2 telah dibuka.......
“Ra, tukeran dong duduknya, biar bisa ngobrol juga sma Fera...” pinta
laki-laki aneh berambut ikal dan berkulit putih ini.
“Gak ah..!” otomatis aku tidak akan memberikan tempat duduku, secara yang
dituker itu pojokan, dan yang ditonton horror, perempuan mana yang ingin duduk
di pojokan pas nonton layar lebar guys?
“Kamu gitu, ayolah please...” dia mulai berani menarik tshirt ku.
“Gak !”
“Raa....”
“Yaudah nih !”
“Ikhlas gak? Kalo enggak gak usah maksain” mulai menyebalkan.
“Yaudah sini “
“Ehhhh....becanda kali....”
MOVIE START !
Apa yang pria ini lakukan ?
Bibirnya, ya...bibirnya lebih heboh dari perempuan seperti aku.
Dia tidak sedetikpun menghentikan mulutnya disetiap adegan menantu hatta
rajasa itu, bahkan tangannya, usil !
Kakinya kaya kesemutan !
Bikin gak nyaman sedikitpun !
Aku menyesal memberikan bangkuku untuk pria jayus kaya dia, rese !
***
Setelah lelah ini dan itu, kita makan di tempat yang harganya tidak membuat
jantung ini berdebar melewat batas, kita makan di tempat nongkrong ayam goreng
pake terigu, minumnya cola, ada saosnya.
“Ini punya siapa?” kami kebingungan karena si masnya tiba-tiba nganterin
burger depan aku.
“Gak tahu, siapa pesen burger?” tanya pria so ganteng ini.
“Oh, itu punya aku...” sembari mengambil satu burger kesamping nasi yang
belum kusentuh, padahal aku tidak pernah suka makanan seperti ini. Roti dengan
sayuran, daging dan telur didalamnya, ada mayonnaisenya juga, ah tidak tergoda
sedikitpun. Mendengarnya saja aku mual, apalagi makan.
“Yang makan itu bibirnya dower ! “ sepertinya dia ketakutan, dia menatapku,
menginjak kakiku, padahal sedikitpun tidak kumakan burgernya. Tenang saja om
rambut ikal yang dulu kujaili, itu burgermu, aku tidak suka ko.
“Oh, kmau mau? Masih lapar? Bilang dong “
“Ngeselin yah kamu .... “
“Kaya enggak aja...” kupelankan suara karena tangannya akan mulai mencubit
lenganku. Dia duduk lagi-lagi disampingku. Malesin !.
***
Beginilah awal jumpa kami, hanya aku yang berani angkat bicara.
Sebelum menunggu film kedua kami habiskan waktu satu jam ke tempat
bermain. Kemudian berkeliling di pusat
perbelanjaan ini, dengan tangan kosong. Tapi sebelum beranjak, kamu
meninggalkan Hadni dan menghampiriku. Apa yang kalian berdua rencanakan?
***
Kau memegang erat tanganku, seakan tak pernah ingin jauh darimu. Tapi aku,
ingin menjauh darimu karena aku tidak pernah tau siapa kamu. Yang aku tahu kamu
hanyalah sosok pria tampan, keren, ternama, pintar dan nomor satu di sekolah.
Tapi aku hanyalah perempuan biasa sekali tidak kenal ini dan itu hanya
tiba-tiba saja aku mengenalmu.
“Bagaimana bisa aku mencintai seorang wanita dengan begitu saja. aku tidak
tahu kenapa aku begitu menyayanginya tiba-tiba. Tidak ada satu wanitapun yang
aku lihat selain dia, tapi aku tidak pernah mennyangka kalau temanku pun
menyukainya. Tapi anehnya dia kenapa memilih aku” sambil menarik tanganku yang
hendak masuk ke arena accesories dan tidak akan bisa dapat diganggu sampai
nanti bosan.
“Kata siapa? Pede” jawabku.
“Emang bener, kalau dia pilih temnku itu dia gaakan pernah mau jawab telpon
aku”
“Ya mungkin dia ingin bicara sama kamu”
“Ah, kamu ga ngerti ini. Lalu bagaimana sekolahmu, lanjut dimana?”
Kamu menjadi tidak nyambung. Pembicaraan kita diawali dengan rasa ingin
tahuku padamu pria misterius. Jelas saja dia misterius aku tidak pernah
mengenalnya.
Perjumpaan kita dikota hujan ini sungguh tak pernah membuatku ingin pindah
kota. Aku masih ingat sekali bagaimana kita berpakaian. Tanpa seragam so
dewasa, dengan tshirt yang lagi marak waktu itu “Bilbong” tanpa
disengaja aku dan kamu memakainya. Dan kita sama-sama mengenakan sendal jepit
abu-abu, tapi bedanya milikmu keras sekali sampai melukai jari kaki kiriku.
Kamu terlalu bersemangat menarik tanganku, aku tahu kau mau melindungiku tapi
tidak begini caranya, ingin melindungiku namun malah menyakitiku.
Kita berbincang terlalu lama, tanganmu tak lepas dari lenganku. Kita
berdiri berdampingan dengan sejuta ceritamu, kamu begitu percaya padaku, dengan
menceritakan segalanya bahkan detail.
Aku masih memikirkan maksud kalian berdua apa?
Kenapa cerita padaku? Bukan ceritamu yang panjang lebar tentang seorang
perempuan yang kau lihat kemudian kamu sayang dia. Kalau itu saja aku sudah
sadar sejak lama, sejak sehari yang lalu.
***
Cerita kita ternyata berlanjut sampai terus-menerus. Tidak hentinya kau hubungi
aku sampai 5x24jam, bahkan satpam pun tidak ada yang berjaga seperti itu. Apa
yang kau bicarakan? Hanya tentang gadis itu.
Aku mengenal gadis yang kau sukai, aku mendukungmu. Kau begitu
mencintainya, aku tahu. Tapi kamu pura-pura tidak punya perasaan apa-apa, gaya
bicaramu bisa saja. tapi coba kita ingat-ingat apa yang kamu katakan diawal
pertemuan kita?
“Entah kenapa aku begitu menyayanginya tanpa mencintainya”
Kau hanya sudah berkomitmen tidak akan pernah pacaran sampai sukses nanti.
Kau hanya tidak mau segalanya hancur hanya karena perempuan. Dan aku hargai itu, kamu luar biasa. Aku kira
kamu playboy, tapi tidak. Aku pikir kamu ini dan itu tapi ternyata kamu pria
baik-baik yang punya misi rahasia dan tidak ada satu orang pun yang tahu apa
yang kamu mau.
Dan aku punya satu pertanyaan. Kenapa jadi aku yang repot sendiri,
tiba-tiba mengartikan beberapa sinyal yang jelas bukan untuk seorang perempuan
yang tidak kenal siapa-siapa. Sinyal yang kuanggap kuat bukanlah seharusnya
kurasakan kini. Perempuan bodoh mana yang tidak akan mengira kalau seorang pria
tiba-tiba memilih kamu untuk dijadikannya tempat curhat tidak perasaan apapun.
salah satunya aku, tapi mulanya saja.
Aku selalu mengingat bagaimana caranya kamu memperhatikanku, menelponku,
saling berbagi kisah, walaupun kamu yang
banyak bicara dan menyanyi, memang suaramu bagus.
Kamu seorang pria bernama Billy, penggermar berat band yang menurutmu
terbaik untuk agama itu membuatku terpesona. sampai aku sempat terheran ketika
kau menyanyikan lagu...
“Ku mencintaimu lebih dari apapun, meskipun engkau hanya kekasih gelapku”
Bagaimana bisa aku hanya tersenyum bahagia ketika kau lantunkan? Yang
kusadari dulu adalah, suaramu bagus. Handphone pertama yang kupunya penuh
dengan inbox darimu, contact di handphoneku bukan hanya namamu tapi banyak,
namun setiap menyala selalu namamu yang kutulis dengan nama lengkap. Setiap
telpon menyala hanya namamu yang muncul di display aku heran, kenapa kau
menghubungiku bukannya gadis kecilmu itu?
***
“Hei..apa kabar? Kemana aja? Telponku gak dijawab dari tadi?” suara yang
benar-benar familiar kudengar renyah ditelinga.
“Maaf, handphone kutinggal di mobil”
“Kamu lagi dimana?”
“Aku lagi di taman bermain di Jakarta pusat”
“Loh ko sama, ini aku baru mau pintu keluar”
“Oh gitu? Memangnya kamu dimana?”
“Aku renang sama adik-adik “
“Oh aku ini lagi di pantainya sebentar lagi pulang”
Pembicaraan kita terhenti, karena suatu hal. Masalah charger yang dulu
susah sekali bukan jaman kaya hari gini ada Powerbank.
***
Setiap hari begitu, kau hubungi aku tanpa bosan, sampai suatu hari kau
hilang contact.
Aku begitu cemas, aku rindu, inginku berkabar kembali denganmu
tapi...sulit!
Kenapa aku tiba-tiba merindukanmu?
Ini kali pertama aku punya diary...
Dihalaman pertama kutulis namamu, nama yang sering kulihat dilayar telpon
genggam, nama yang sering kau sebut sendiri, akhirnya dengan berani kutulis
dengan penutupnya aku rindu.
Apalah aku, kelas sepuluh SMA tau apa tentang cinta.
Apa cinta, sebentar, aku hanya rindu padanya kali ini.
Kamu dimana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa?
***
Hari pertama masuk sekolah.
Pertama pake rok abu-abu, teman baru, kelas baru, dan ......
“Kenapa kamu sekolah disini?” tanyaku, pada pria rambut ikal.
Aku tersontak kaget, melihat gayanya yang super lebay duduk disamping
bangkuku dan entahlah, dia akan beraksi mungkin.
“Emang kenapa? Gak boleh..”
“Ya, boleh sih... “
Bukannya dia mau sekolah di negeri Jiran? Apakah dia tak ingin menjemput Manohara
pulang ke Indonesia Jaya?
***
Satu minggu dikelas yang sama, kamu ini tidak lepas dari kegiatanku
semuanya ingin disamakan. Dari struktur organisasi, jadwal piket sampai grup
apapun ingin bersama. Macam apa kau ini.
Seisi kelas menyangka kalau kau dan aku ada apa-apa, padahal tidak, kita
hanya teman biasa saja.
Aku hanyalah perempuan yang serba ingin tahu apapun yang didengar, bahasa
ilmiahnya aku ini kepo. Mereka tidak pernah mengira kedekatan kita seperti apa,
kedekatan kita hanya sebatas teman sekelas, yang saling percaya, tidak saling
juga, kamu hanya cerita padaku itu saja.
Kita tidak akan pernah sedekat yang dilihat orang sampai kini kalau aku
tidak so tahu siapa wanita yang kau suka, wanita yang selama ini kamu dambakan
dan masih kau anggap gadis kecil, perempuan yang kau anggap adik tapi sayang
keterlaluan ini tidak pernah aku tahu sebelumnya. Wanita ini pun sama, ingin
cerita tapi tak kuasa dan akhirnya aku tahu sendiri. bagaimana keponya aku,
bagaimana so gantengnya kamu ini jadi awal pertemuan kita, dan awal cerita SMA
ku.
***
Pandangan orang berbeda, mereka pikir kita romantis, mereka pikir kita ada
hubungan lebih dari teman, padahal. NO !
Kamu pernah bilang sayang padaku, tapi semua itu kuanggap hanya bercanda
karena aku pikir aku sudah mulai tahu siapa kamu sebenarnya. Kata-katamu yang
mulai gombal akut membuat aku sakit telinga, sekuat tenaga aku menahan perasaan
agar tidak kunjung jatuh dalam buaianmu, aku kuat dan masih kuat.
Semua guru tahu kalau kita dekat. Kantor sekolah tempat kita pernah
membicarakan suatu hal penting untuk lomba karena saat itu aku ketuanya jadi
kamu harus nurut padaku. Esok harinya kita bercengkrama hanya berdua dikantor
sekolah, dengan lipatan surat edaran yang menggunung dan para pengajar melirik
dan meledek ini sungguh menyiksa batinku.
Hampir ditanya serius oleh para senior karena kamu sendiri mengumumkan
kalau aku kekasihmu, sampai anak kecl ingusan entah masih ngompol atau tidak
tahu kalau aku ini kekasihmu, dan sampai saat itu aku masih kuat mental. Sekuat
tenaga hatiku tak kunjung roboh dibuatnya.
***
Aku sempat berpikir kecil. Kamu melakukan ini agar aku mulai menjauh
darimu? Agar aku mulai membencimu, agar aku mulai tak ingin berbincang
denganmu. Tapi entah kenapa kamu selalu aku butuhkan di waktu genting dan kamu
mau menolongku.
Kamu terlalu baik untukku benci, kamu terlalu sempurna untukku jahati dan
kamu juga terlalu jahat untukku cintai.
Kembali pada rasa yang hampir roboh, berjalan dengan hati yang mulai rapuh.
Kata-katamu ini bagaikan air yang dengan mudah merobohkan bangunan tanahku.
Hatiku terlalu kejam untuk mencintaimu, banyak yang harus kupertimbangkan jika
aku memang terbukti memiliki rasa lebih dan berlebihan tapi, entahlah segalanya
perlu pertimbangan.
Kamu itu pria idola siapapun. Jadi, aku akan dibenci siapapun. Fans mu ada
dimana-mana, bahkan banyak gadis cantik yang mengincar dan aku siapa? Aku hanya
temanmu saja.
***
Kudengar kamu punya pacar, selamat dan akhirnya kita tak lagi ada kata
dekat, sedekat apapun kita tidak pernah bersatu, kita itu air dan minyak. Kamu
mulai nakal, rambutmu di rebonding tampil beda, kamu tampan. Pacarmu akan
senang. Maafku pernah menghina kekasihmu, itu entah kenapa, sebenarnya aku
bukan tipe perempuan yang dengan mudah mengejek orang lain, entah kenapa itu
refleks dan aku mengatakan hal-hal bodoh yang seharusnya tidak aku katakan, aku
emosi sendiri. aku benar-benar bodoh.
Walau ceritanya sudah ku edit berkali-kali tapi tetap saja kau seperti
mendapat celah untuk mengolokku, menjadikanku bahan ejekan. Apa salahku?
Aku memang sebawel yang kau kira tapi aku akan menjaga semua rahasiamu,
rahasia yang tidak aku katakan sedetailnya, rahasiamu jadi rahasiaku.
Aku hanya ingin kamu menghentikan semua gosip ini (saat itu)
Semua yang kupikirkan menjadi aneh, aku menjadi kegeeran sendiri, kamu
membawakannya hadiah ini dan itu tapi kamu tetap ingat padaku. Kamu memberiku
ini dan itu tapi disampingnya kau juga punya niat lain. Aku tidak mengerti
apa-apa, yang aku tahu kali ini bahwa aku mulai suka kamu.
***
Kamu mulai hadir disetiap jalan ceritaku, kau katakan zombie, dan aku
memang suka dia. Aku punya potonya zombie, tapi aku baru sadar kalau kamu
disampingnya. Kamu bergaya sendiri di potoku, yang kumaksud zombie bukan kamu.
Kedekatan kita tidak lagi sama, kamu mulai bermain dengan wanita-wanita
pilihan, bukan wanita kumuh seperti aku. Kamu sudah tidak lagi berbagi kabar
dan cerita denganku, berbagi oleh-oleh yang kupinta dan sering kau kabulkan.
Aku senang bercengkrama denganmu, aku benar-benar senang bisa berbagi kisah
tapi aku tidak senang kalau kita harus berbagi hati.
Beruntungnya aku tidak menerima cintamu, beruntungnya aku tidak
menganggapmu lebih, jika iya, aku tahu apa yang akan terjadi saat ini, kita
akan berjauhan dan saling benci, aku akan memfitnah kamu dengan beragam kata
busuk, tapi tuhan berkata lain, tuhan bilang kita harus tetpa berteman sampai
nanti.
Kamu begitu dekat dengan seorang gadis dikamarku, gadis yang menjadi adik
didikku, aku dengar kalian bertemu ya? Dia yang cerita, kamu mulai bertemu
dengan orang-orang sekitarku termasuk saat terkahir kita bertemu seperti dulu.
***
Malam ini begitu berarti, tiga tahun sudah kita tlah lewati...
Malam ini hanya kau dan aku mengenang semua rasa yang pernah ada....
Saat kuhubungi, setelah perpisahan kau tiba-tiba datang menemui kami
berdua. Ditempat yang tiba-tiba menjadi favorit ini mengukir kisah kita. Bagiku
ini kita tapi bagimu bukan, ini hanya pertemuan. Kita habiskan malam dengan
berbagai acara, acara sepele tapi aku tetap mengingatnya.
Bahkan waktu kamu tiba-tiba menghilang dan hampir bisa dibilang mirip
tristan di ganteng-ganteng serigala itu, bisa datang disaat genting. Hampir
saja aku dan dia terluka tapi kamu tiba-tiba ada dibelakang kita. Aku pun masih
bingung kenapa bisa? Aku masih memikirkan kenapa bisa seperti ini?
***
Keanehanmu itu kubaca tepat kalau kamu ingin melindunginya. Ingat kalimat
pertama yang kau bagikan padaku, kalau kamu sayang dia dan tidak mungkin
“pacaran” dengan gadis itu karena satu hal. Perjuanganmu, perlindunganmu dan
segalanya aku salut, aku sadar kini, kamu melakukan banyak hal untuk gadis itu,
kamu menjadikanku perantara cintamu, kamu bertindak seakan aku yang kau
lindungi tapi sebenarnya dia yang kau lindungi.
Akhirnya aku mengerti kau begitu gagah. Kau begitu keren, hatimu bermain
kesana-kemari mungkin kau bosan dengan kehidupan, mungkin kau cemas dan ingin
merasakan indahnya menjalin kasih sebenarnya, bukan pura-pura seperti kau
bilang aku kekasihmu. Aku sadar, bagaimana seorang pria benar tulus mencintai
perempuan dengan cara yang berbeda tidak mengumbar, hanya perempuan kurang peka
untuk hal seperti ini. Walaupun selama ini kamu anggap dia adik, apakah memang
karena kau anggap dia adik akhirnya kau mau melindungi gadis itu seutuhnya?
Kamu hebat boy J
***
Hidupku kini sibuk persiapan universitas, aku tidak sibuk dengan handphone
atau gosip-gosip hangat yang biasanya akulah biangnya. Aku tidak pernah
ketinggalan untuk masalah ini, untuk masalah yang tidak penting sekalipun,
bahkan kini aku tidak pernah bertemu dengan dua orang yang mulai aku sayangi
seperti keluargaku sendiri. kakakku dan adikku kalian sungguh berarti kini.
Aku mulai dekat dengan seseorang yang mulai memberiku banyak perhatian, aku
senang memang, dia baik. Dia kenalkan aku pada ibunya, dan lagi-lagi pria ini
pun merasa nyaman bersamaku, aku tidak tahu malah seperti apa sifatku ini.
Orang-orang aneh dan tidak pernah ku kenal merasa nyaman dan ingin lebih dekat
hanya untuk berbagi kisah dan itu sekedar saja. perkataanku yang hanya keluar
natural dan tidak ada unsur plagiarism membuat orang sekitar tertawa terbahak,
aku sendiri heran dan aneh sendiri, apakah aku segila itu? Padahal aku biasa
saja.
***
Hari ini begitu berarti, ini hari kepulanganku dari puncak gunung.
Aku dengar kabar baik dan entah bisa dibilang buruk atau biasa saja, karena
kedengarannya nyaman ditelinga kalau kamu ada disini, di tempatku, Bandung.
Rasanya ingin cerita kalau aku bla, bla, bla, tapi mulut ini tiba-tiba terkatup
rapat dan semua yang ingin aku tuangkan hilang.
Mendengar kalau itu semua kini terjadi dan sudah setahun berlalu aku cukup
senang dan sakit hati. Selamat ya akhirnya :’)